Suatu saat Bilal mendengar mereka membicarakan akhlak Muhammad Shallallah alaih wasallam yang mulia, yaitu tentang kejujuran dan kesetiaanya, tentang kesucian dirinya, dan tentang kecerdasan akalnya yang tidak pernah tertandingi. Bilal pun mendengar bisik-bisik mereka tentang sebab-sebab penolakan dan permusuhan yang mereka lakukan terhadap Muhammad Shallallah alaih wasallam.
Sebab pertama adalah pembelaan mereka pada agama leluhur. Sebab kedua, kehawatiran mereka akan adanya kepemimpinan lain yang mengusik kepemimpinan yang selama ini dipegang oleh orang-orang Quraisy. Kepemimpinan ini berlaku di seluruh jazirah Arab terutama dalam bidang peribadatan dan ekonomi. Disamping rasa iri kalau seorang Nabi dan rasul muncul dari Bani Hasyim.
Dan pada suatu hari, cahaya Allah yang getaranya sangat terasa di kedalaman jiwa Bilal menuntunya menghadap Rasulullah Shallallah alaih wasallam dan ia pun menyatakan keislamanya. Begitu berita keislaman Bilal sampai pada majikanya, Umayyah Bin Khalaf, serasa beredarlah seluruh bumi di atas kepalanya yang penuh kesombongan. Berita ini terlalu menyakiti dan mempermalukanya.
“Tak apalah, matahari hari ini tidak akan tenggelam dengan keislaman seorang hamba yang durhaka itu” kata Umayyah menghibur hatinya.
Dari ucapan Umayyah itu, kita bisa menebak, bagaimana rendahnya tingkat penghormatan orang-orang kafir kepada sesama manusia, apalagi pada seorang budak seperti Bilal.namun pada saat yang sama, Bilal sudah menempati posisi yang bukan hanya kehormatan bagi Islam, melainkan kehormatan bagi kemanusiaan seluruhnya.
Dia sudah mampu menanggung siksaan yang paling brutal dengan kesabaran dan keikhlasan taat kepada Allah. Seolah-olah allah telah menjadikanya sebagai bukti kongkrit bahwa kulit yang hitam dan keadaan sebagai hamba, sama sekali tidak mengurangi kebesaran jiwa apabila telah beriman dan berlindung kapada Tuhanya.
Bilal memberikan pelajaran yang amat berharga bagi orang-orang dizamanya dan di setiap zaman, bagi mereka yang seagama denganya. Sebuah pelajaran yang intinya bahwa kemerdekaan jiwa tidak bisa dibeli dengan emas sepenuh bumi atau siksaan.
Suatu saat ditengah hari saatnya padang pasir berubah menjadi jahanam yang mematikan,Bilal dilemparkan ke atas bebatuan yang berkobar dalam keadaan tanpa pakaian.dadanya ditindih dengan sebuah batu besar panas yang hanya bisa diangkat oleh hampir sepuluh orang. Siksaan liar dan brutal ini berulang setiap hari. Sampai-sampai algojo yang menyiksanya merasa iba hati dan menawarkan kebebsan bagi Bilal, asalkan mau menyebu nama tuhan-tuhan mereka secara baik dengan satu kalimat saja.