Taubat jika diringkas dalam satu kata adalah “kesadaran”. dari kesadaran murni itu seseorang akan mencari dan menggali makna kesejatian dalam hidup.
Sadar adalah tangga awal dalam perjalanan seseorang menuju Allah al Haq (yang maha benar). Setelah sadar, tangga kedua yang harus ia tapaki adalah mengetahui apa saja yang dilarang oleh Allah. Hal ini tentu tidak mudah, sebab dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang halal dan haram, tentang akhlaq menjadi mahluk sekaligus hamba Allah.
Untuk mengetahui perkara yang halal dan haram secara lahir, seseorang membutuhkan ilmu Fiqh.ilmu ini menjelaskan secara detil tentang apa saja yang harus dijalankan dan apa saja yang harus dihindari.
Sambil menyelami ilmu Fiqh, seseorang yang ingin menyempurnakan taubatnya harus juga mempelajari ilmu batin atau ilmu Tazakiyatun Nafs. Beberapa ulama menyebutnya dengan ilmu Tasawuf.
ilmu Fiqh biasa digunakan pada saat dan kondisi tertentu. Misal pada saat akan shalat, puasa Dll. Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu proses penyucian diri yang mana tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Setiap nafas adalah satu langkah menuju Tuhan.oleh karenanya seseorang sebisa mungkin tidak lepas dari kesadaran untuk mengingat dan menjaga diri dari hal-hal yang menjerumuskanya kepada dosa-dosa, baik yang kecil maupun besar.
Proses terberat dalam menjalani laku taubat adalah meninggalkan dan menghindari dosa besar.hal ini dibutuhkan kesiapan mental dan keteguhan hati. Khususnya bagi orang-orang yang pernah tenggelam dan lama terlelap dalam dosa besar tersebut.
Kunci pertama dalam meninggalkan dosa besar adalah menyibukkan diri pada hal-hal positif dan meninggalkan tempat-tempat yang dulu biasa digunakan untuk bermaksiat. Dan yang paling utama adalah memutus pergaulan dengan kawan yang biasa mengajak pada kebiasaan masa lalu.
Habib M.Quraish shihab mengatakan :
“Jika takut hujan siapkan payung. Takut tak lulus, belajarlah. Takut dari binatang buas, menghindarlah. Jika kita takut pada Allah, maka mendekatlah,”.
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi,”Aku menyesuaikan diri dengan sangka hamba-Ku terhadap Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia mengingat Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam hatinya, Ku ingat dia dalam hati-Ku.”
“Kalau dia mengingat-Ku dan menyebut-nyebut Ku di depan umum, maka Ku ingat dan Ku sebut-sebut dia di khalayak yang lebih baik. Siapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Dan siapa yang mendekat sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepak.”
“Dan siapa yang datang kepada Ku dengan berjalan, Aku datang menyambutnya dengan berlari,”.