Pengantar
Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan panjang dan mendaki.kerana panjangnya perjalanan, maka setiap orang harus mempersiapkan bekal sekaligus mengurangi beban. Beban yang terberat adalah dosa, karena itu yang pertama di tuntut dari setiap Salik (pejalan menuju Allah) adalah bertaubat agar bebanya menjadi ringan.baru setelah itu dia diminta untuk menghimpun bekal, dengan jalan menghiasi diri dengan aneka kebajikan.
Orang yang lalai menyediakan bekal menemui Tuhan adalah bagaikan seseorang yang sedang tidur nyenyak. Dia tidak sadar bahwa umurnya telah habis terbuang. Tetapi jika dia sadar dan terbangun dari tidurnya ketika cahaya ilahi mengetuk pintu hatinya, maka dia akan mengambil kapak untuk memotong rantai yang membelenggu dirinya, dan ketika itu teranglah kembali alam di hadapanya dan tampaklah olehnya bahwa putaran hidup di dunia sangat cepat, karena itu sisa umurnya tidak disia-siakanya, ia bangkit mengejar ketinggalan, dan segala pengalaman dijadikanya pupuk untuk menyuburkan pohon iman yang telah mulai tumbuh di hatinya. Demikian lebih kurang tulis Ibnu al Qayyim dalam kitabnya “zad al ma’ad” (bekal ke ahirat).
Bekal Pertama : Taubat
Taubat maknanya hanya satu yaitu kembali. Artinya bahwa yang kembali pernah berada pada satu posisi kemudian meninggalkan posisi itu, selanjutnya “kembali” ia menuju posisi semula.
“Taubat” bukan hanya diperuntukkan bagi manusia, akan tetapi Allah juga bertaubat. Sebab “Allah” Kembali menerimanya sebagai hamba setalah sekian lama menjauh. Allah bersama manusia yang taat digambarkan berada posisi yang sangat dekat. Tetapi bila manusia berdosa, ia menjauh dari Allah dan Allah pun menjauh darinya.
Itu sebabnya ketika Adam mencicipi buah pohon terlarang, Allah berfirman :
Kemudian Tuhan mereka menyeru : bukankah aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu!
(al A’raf:22).
Dalam ayat tersebut Allah menggnakan kata “Menyeru mereka” yang mengisyaratkan panggilan dari jarak yang jauh, padahal sebelum Adam mendekat ke pohon, kata yang di gunakan al Quran dalam surat al Baqarah ayat 35 adalah “Berfirman” yang tidak mengisyaratkan jarak yang jauh. Di sisi lain pohon pada ayat al Baqarah itu ditunjuk dengan kata “ini”.
Disana Allah berfirman :
janganlah kalian berdua (Adam dan Hawa) mendekati pohon ini.
Perbedaan redaksi ayat al Baqarah 35 dan al A’raf ayat 22 mengisyaratkan bahwa setelah berdosa, Allah dan manusia masing-masing menjauh dari posisinya. Nah, bila manusia menyesal dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan serta mohon ampun, maka dia bertaubat. Yakni kembali menuju posisi kedekatan kepada Allah. Dan Allah pun sebagai penerima taubat, juga kembali ke posisi semula.
Allah melakukan hal itu terhadap Adam dan istrinya, demikian juga terhadap siapa pun yang melakukan hal serupa, karena memang DIA Tawwab, yakni berulang-ulang memberi pengampunan kepada orang banyak, Lagi maha penyayang, yakni mencurahkan anugrah kepada Hamba-HambaNYA.
(disarikan dari buku karya M.Quraish Shihab “menjemput maut”).